Korupsi Bukan Musuh Dalam Sehari

Sejak kita mengenal hari anti korupsi yang diperingati tiap tanggal 9 desember, kadang kita beramai-ramai mendengungkan perlawanan terhadap korupsi. Kicauan-kicauan tentang korupsi bertebaran dimana-mana ketika 9 desember tiba. Tapi, ada intensitas perbincangan yang menurun tentang anti korupsi ketika 9 desember telah berlalu. Monumental kah gerakan anti korupsi?.

Bangsa kita adalah bangsa yang besar dan kaya-raya sumber daya alamnya. Tapi yang menjadi ironi, rakyat yang hidup di dalamnya banyak yang miskin.

Kemana aliran dana hasil eksplorasi alam bangsa ini yang kaya-raya?.

Menerima pertanyaan seperti tadi mungkin saja langsung terbesit di kepala kita, "di korupsi!", lalu yang korupsi siapa?, Pemerintah?. Pemerintah adalah bagian dari kita, secara demokratis kita diberi kesempatan menentukan figur untuk memegang pemerintahan dalam pemilu raya karena itu pemerintah yang sehat berasal dari rakyat yang sehat pula.

Kita tidak perlu tergesa-gesa menyalahkan dan teriak lantang dalam menuding kesengsaraan orang banyak akibat korupsi pihak pemerintah, Korupsi bukanlah persoalan siapa yang memegang kekuasaan. Kita harus memahami dengan baik bahwa secara fundamental pemerintah itu berdiri karena rakyatnya.

Sekian banyak memang bukti yang menekankan bahwa pemerintah lah pihak yang paling sering mengambil uang rakyat yang kegunaannya bukan untuk kepentingan rakyat, dan benar kita harus mendesak pihak berwenang untuk menjerat mereka yang korupsi hingga tuntas dan adil. Tapi menjerat mereka yang korupsi bukanlah jalan keluar, gunakanlah pemahaman para dokter dimana mencegah lebih baik daripada mengobati.

Bila kita semua memahami bahwa mencegah selalu lebih baik daripada mengobati maka kita juga harus sadar bahwa pemerintah yang memegang kekuasaan adalah bagian dari kita (rakyat) sendiri. Bila kita telah memahami keduanya maka segala sesuatu tentang korupsi harus kita kembalikan ke diri kita masing-masing, sadarkan diri kita bahwa korupsi tidak akan merajarela bila dalam diri kita masing-masing berani dan jujur untuk melawan korupsi.

Contoh terkecil, ketika kita ingin membeli tiket nonton konser atau yang lain-lain kita mencoba untuk mendapatkannya dari calo (makelar), kita siap membayar lebih tinggi dari harga yang tertera di tiket dengan asumsi, selisih harga itu sebagai upah buat calo yang memudahkan kita mendapatkan tiket. Tapi, kita tidak sadari bagaimana para calo ini mendapatkan tiket untuk dijual?.

Di event apapun, selalu ada ticketbox yang ditunjuk secara resmi untuk menyalurkan tiket bukan dijual lepas oleh perseorangan dan bila ada yang menjual tiket secara massive dari perseorangan maka ada kemungkinan kongkalikong antara penjual itu dengan "orang dalam" sehingga mendapatkan jatah tiket yang banyak.

Lalu kita dengan mudah mendapatkan tiket dari orang itu. Dengan adanya orang-orang yang butuh cepat dan tidak mau ribet maka terciptalah pasar buat calo sehingga mencoba melakukan kongkalikong dengan orang-orang dari pihak penyelenggara yang bisa memberikannya tiket walaupun bukan penyalur resmi. Sementara kita dengan enteng menganggap proses itu seperti tidak ada dan mau saja membeli tiket dari calo. Kita tidak sadar bahwa kita telah menjadi pasar yang komoditinya didapatkan dari cara yang tidak baik (kongkalikong), padahal kongkalikong adalah tindakan korupsi.

Kita memang tidak terlibat langsung tapi kita adalah tujuan dari kongkalikong itu. Ini juga terlihat kecil dan sepele dan mungkin ada yang menganggap asalkan tidak merugikan orang banyak namun sebenarnya inilah yang menjadi cikal bakal kita terkadang tutup mata terhadap korupsi yang ada disekitar kita.

Semangat anti korupsi itu harus dimulai dari hal kecil dan dari diri kita sendiri, sadari bahwa perilaku korupsi sangat dekat dengan kita sehingga kita siap dan berani untuk melawannya. Dari contoh sederhana di atas, kita bisa membandingkannya dengan proses korupsi besar-besaran yang terjadi di pemerintahan, ada banyak orang yang membuat pemerintah jadi korup namun tidak sadar telah menjadi salah satu dari ekosistem korupsi itu. Jadi, marilah kita menyadari bahwa melawan korupsi itu bukan dengan teriak-teriak dan menggedor pintu pihak berwenang agar bekerja lebih intens, mulailah dari diri sendiri dengan melihat proses yang terjadi dilingkungan sekitar. Bila terindiksi terjadi praktek kongkalikong, maka jangan di ikuti. Jujur pada diri sendiri pun diharuskan untuk melawan tindakan korupsi, walaupun kita tidak terlibat namun mengetahui proses itu sedang terjadi disekitar kita maka sebaiknya kita menyampaikan bahwa itu bukanlah kebaikan, saling menasehati adalah pencegahan terbaik melawan korupsi namun untuk menasehati kita harus tahu mana baik dan tidak sementara untuk menentukan itu kita perlu kejujuran agar kita tidak melawan terhadap kata hati.

Sekarang, berhubung tanggal 9 desember maka mari kita bersama-sama memperingati hari anti korupsi dengan intropeksi diri bahwa semua berawal dari diri kita sendiri. Perlu untuk menyadari bahwa korupsi adalah kita, dengan begitu kita bisa mendorong diri kita untuk lebih peduli dan peka terhadap korupsi karena menyadari bahwa kita adalah penyebab sehingga diri kitalah yang paling awal harus diperbaiki sebagai bagian dari pencegahan. Mari bersama-sama sadarkan diri dan mari untuk berbarengan berdiri di atas kejujuran agar bangsa ini semakin besar dan sejahtera serta bermartabat karena dipenuhi oleh rakyat yang tak pernah lelah melawan korupsi.

Ayo terus melawan korupsi dengan melakukan pencegahan. Korupsi bukan musuh dalam sehari, korupsi adalah musuh sepanjang masa.

OldestNewer

Post a Comment